Gelombang Penjarahan di Jakarta: Rumah Sahroni, Uya Kuya, Eko Patrio, hingga Sri Mulyani Jadi Sasaran Amarah Rakyat

Avatar
_Eko Patrio didampingi Pasha Ungu mohon maaf kepada masyarakat Indonesia.(tangkapan layar)

HARAPANBARU.NET, JAKARTA – Jakarta seperti terbakar amarah. Gelombang rakyat yang tak lagi bisa dibendung berubah menjadi badai penjarahan terbesar dalam sejarah politik modern Indonesia.

Satu per satu rumah pejabat negara, mulai dari politikus hingga menteri, digeruduk massa. Dinding-dinding kemewahan yang selama ini berdiri angkuh, roboh dihadapan gelombang murka publik.

BACA JUGA:  BKPSDM Bulukumba Tegaskan PPPK Dilarang Rangkap Jabatan Jadi Perangkat Desa dan Anggota BPD
Rumah Sahroni di Tanjung Priok Jadi Sasaran Pertama

Malam mencekam itu dimulai di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Rumah anggota DPR RI dari Partai NasDem, Ahmad Sahroni, diserbu massa. Dari perabot mewah, elektronik, hingga dokumen pribadi raib dalam hitungan menit.

Patung Iron Man Mark 7 Life Size seharga hampir Rp 300 juta lenyap diboyong warga. Mobil Lexus hitam Sahroni pun tak luput: dihantam, diinjak, dipukul hingga ringsek tak berbentuk.

BACA JUGA:  Sepekan di Jakarta, Ini yang diurus Andi Utta
Teriakan “Ambil! Ambil!” memecah udara, menggema seperti irama amarah rakyat yang tak terbendung.

Uya Kuya Kehilangan Kucing Kesayangan

Tak lama berselang, giliran rumah politikus PAN sekaligus selebritas Uya Kuya. Bukan hanya perhiasan, barang elektronik, dan furnitur yang digasak, bahkan kucing peliharaan kesayangannya pun ikut raib.

Meski harta benda hilang, pernyataan Uya justru mengejutkan publik.

“Aku ikhlas saja. Nggak apa-apa, aku ikhlas. Cuma yang sedih, kucing-kucing makhluk hidup juga dijarah,” ucapnya getir, Sabtu (30/8/2025), dikutip dari laman informasinasional.

Ia memastikan keluarga dalam kondisi aman. Namun luka batin akibat kehilangan peliharaan tercinta membuat tragedi ini terasa lebih personal.

Eko Patrio: Dari Joget di Sidang MPR ke Rumah Dijarah

Gelombang massa lalu bergerak ke kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan. Rumah Eko Patrio, anggota DPR dari PAN sekaligus komedian, jadi sasaran berikutnya. Video yang viral memperlihatkan warga mengangkut kursi, barang elektronik, dan perabot rumah tangga dengan santainya.

Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Nicolas Ary Lilipaly, hanya memberi komentar singkat:

“Iya benar. Situasi sudah kondusif.”

Ironi terasa kental, sebab sehari sebelumnya Eko Patrio sempat meminta maaf usai berjoget di sidang tahunan MPR. Permintaan maaf itu rupanya tak mampu membendung gelombang murka yang mengetuk pintu rumahnya.

Sri Mulyani, Menteri Keuangan Jadi Korban Terbaru

Puncak penjarahan terjadi dini hari Minggu (31/8/2025). Rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani di Bintaro, Tangerang Selatan, digeruduk massa.

Video amatir memperlihatkan warga mengangkut guci, lukisan, kursi, hingga hiasan mewah lain. Ironisnya, aparat keamanan tak tampak di lokasi saat peristiwa berlangsung. Baru sekitar pukul 03.00 WIB, personel TNI datang, tetapi hampir seluruh isi rumah sudah berpindah tangan.

BACA JUGA:  Bulukumba Jadi Tuan Rumah Expo Kreatif Andalan Sulsel 2025, Siap Gaungkan Ekonomi Kreatif dan Budaya Lokal
Rumah seorang menteri yang selama ini menjadi simbol pengelola fiskal negara, kini kosong dan berantakan.

Jakarta dalam Pusaran Kemarahan

Rangkaian penjarahan rumah pejabat negara, dari Ahmad Sahroni, Uya Kuya, Eko Patrio, hingga Sri Mulyani, telah melampaui batas sebuah insiden kriminal. Ia berubah menjadi simbol ledakan sosial—akumulasi kekecewaan rakyat terhadap elit politik yang dituding hidup dalam kemewahan di tengah kesulitan publik.

Jakarta, malam itu, bukan sekadar ibu kota negara. Ia menjelma menjadi panggung amarah terbesar, tempat dinding-dinding kekuasaan runtuh di hadapan rakyatnya sendiri. (Red)*